Pages

Wednesday, July 2, 2014

Dari pikiran lalu ke hati


Tulisan ini dibuat tidak untuk membanggakan sesuatu atau seseorang, tapi hanya sebuah tulisan naif yang ingin menyampaikan pendapat yang lahir dari sebuah pemikiran lalu melekat dalam hati.
Jika ada orang yang bertanya apakah saya suka politik ? Saya pasti menjawab tidak. Saya bukan orang yang menyukai politik atau interest untuk belajar tentang politik. Sepertinya topik ini cukup sulit untuk saya cerna. Tapi, berhubung akan ada pemilu, saya sedikit memaksa diri saya untuk mencari tahu profil calon Presiden yang akan saya pilih nanti. Mulai dari menonton debat Capres/Cawapres, membaca beberapa artikel ringan tentang Para calon Presiden, dan mencoba menonton video yang disodorkan beberapa teman untuk saya nikmati. Well, semuanya membuat saya berfikir lalu menetapkan hati. Jadi, tidak semata-mata ikut-ikutan kebanyakan orang saat memilih tapi karena saya tahu, saya mau dan saya punya alasan, harapan dan mimpi tentang bangsa ini kepada sebuah perubahan yang lebih baik dan akhirnya saya menetapkan hati untuk memilih.

Euphoria pemilihan Presidan yang jatuh pada tanggal 9 juli 2014 sudah sangat terasa dari beberapa minggu lalu.
Sebuah bahasan  yang selalu ramai dimedia sosial adalah kampanye dukungan kepada salah satu calon Presiden. Di salah satu media sosial ada sebuah tulisan yang isinya “ siapkah kita  menjadi sederhana jika dia menjadi Presiden ?”
Sebuah tulisan yang mungkin biasa tetapi menjadi tidak biasa buat saya pribadi. Saya memang sudah mempunyai pilihan siapa yang akan saya pilih nanti pada saat pesta rakyat.  Saya hanya berfikir bahwa dari tulisan tadi, ‘siapkah  saya, jika perubahan demi perubahan terjadi  terlepas dari siapapun yang akan menjabat sebagai Presiden ? ‘
Jika perubahan yang sesuai dengan impian dan keinginan saya, mungkin akan dengan mudah untuk diterima. Tapi, jika sebaliknya ? apakah saya bisa menerimanya ? atau minimal, saya bisa menekan ego untuk tidak berkata negative ?atau paling tidak, memilih untuk tidak mencibir untuk perubahan yang ada. Apalagi perubahan itu lahir dari calon Presiden yang kita pilih dalam pemilu.
Ada sebuah quote yang intinya mengatakan “ Jangan membandingkan seseorang dengan kesempurnaan, tapi bandingkan dengan lawannya” ** quote ini sedikit saya ubah.
Saya setuju dengan quote tadi, karena memang tidak satupun manusia yang sempurna. Sehingga saat kekurangan dari orang tersebut muncul kepermukaan paling tidak saya bukan bagian dari orang-orang yang akan mencibir atau mulai menyalahkan atau bahkan menyeseli ‘mengapa dia harus jadi presiden dsb’. Banyak cara yang dipakai masyarakat untuk mempromosikan calon Presiden pilihannya, dan itu sah-sah saja dan tanpa harus menjelekkan calon pasangan yang lainnya.
                Pada pemilu nanti saya akan pulang ke Bandung. Teman saya sempat bertanya “ Niat banget pulang ke Bandung ?” lalu saya menjawab “Mau nyoblos dong”. Teman saya sekali lagi bertanya “Memang ngaruh dengan 1 suara yang kamu berikan ?” Saya kembali menjawab “Jika puluhan, atau ratusan orang perantauan seperti saya mempunyai pikiran yang sama dengan saya maka akan ada pengaruhnya. Ataupun kalau hanya saya yang berfikir seperti itu. Paling tidak, saya tidak menyesal karena sudah menggunakan hak pilih saya dengan semestinya.
Dan jika ditelaah ada cara lain untuk para perantauan jika memang keadaan tidak memungkinkan untuk pulang ke daerah asal. Bisa menghubungi kelurahan setempata atau meminta kiriman A5 dari domisili asal. Saya mungkin belum berkontribusi apapun untuk perubahan di kota ini di bangsa ini, tapi saya pikir dengan ikut mencoblos, saya sedang mulai menginvestasikan satu suara perubahan atas bangsa ini.

Baiklah, mari gunakan hak pilih anda. Kalau bukan sekarang kapan lagi ?
Mari memilih kawan-kawan.