Pages

Thursday, July 31, 2014

Tangan kanan memberi, tangan kiri ?

Saya mempunyai 2 anjing kecil, bello si jantan dan cilla si betina. Tiap hari ada saja tingkah mereka. Bello lebih aktif daripada cilla. Coba bayangkan saja, jika orang rumah masih ada yang bangun dia tidak akan pernah tertidur dan siapapun yang bangun terlebih dahulu bello akan ikut bangun juga. Seolah-olah memastikan bahwa semua baik-baik saja. Berbeda dengan si cilla. Anak anjing yang cuek dan juga malas. Dia bisa tidur dengan posisi dan keadaan apapun. Ia bangun kalau lapar dan kembali tertidur.

Suatu hari saya memberi bello makan karena saya pikir dia kelaparan. Dan tahu apa yang terjadi. Sebuah tulang anjing yang saya berikan, dia ambil dan ditaruh persis disebelah cilla yang masih tertidur. Kemudian bello menghabiskan sisa tulang yang memang miliknya.
Sebangunnya cilla, dia langsung memakan tulang yang ada didekatnya kemudian berjalan menuju ke tempat dimana makanannya berada.

Sejenak saya berfikir, bello cuma seekor anjing kecil. Ia tidak pernah belajar teori memberi. Atau keinginan untuk diakui kalau dia sudah memberi, apalagi merasa menyesal kalau dia rela memiliki lebih sedikit hanya supaya temannya bisa merasakan apa yang dia rasakan.

Saya tidak bermaksud mengajari siapapun soal memberi. Bahkan, sayapun masih belajar tentang hal ini. beberapa waktu lalu saya belajar beberapa kreasi membuat pita dari kertas. Teman saya melihat kesibukan saya. Masih dalam keasyikan saya, tiba-tiba teman saya memberikan link tutorial cara membuat pita yang sedang saya pelajari. Tanpa saya minta dia mencari dan memberikannya dengan senyuman. Seketika saya melebarkan senyuman. Dan langsung membuka link tersebut dan jadilah si pita.

Setelah beberapa saat, saya baru teringat kalau belum mengucapkan terima kasih. Disaat saya mengucapkan terima kasih sambil meminta maaf karena lupa mengucapkannya diawal, teman saya cuma bilang ' engga apa-apa, santai saja. Saya menolong kamu karena saya suka melakukannya dan kamu tidak pernah meminta saya mencarikannya'

Sambil berfikir, seringkali kita menawarkan bantuan tidak diminta tapi mengharapkan sesuatu entah itu seoedar ucapan terima kasih, penghargaan atau pujian. Salahkah ? Tentu tidak. Tapi balik lagi ke motivasi awal kita memberikan bantuan. Atau dimintai sebuah bantuan, namun kita menundanya dengan atau tanpa alasan pasti.

Disaat kita diminta melakukan sesuatu, memberi perhatian, waktu, telinga untuk sekedar teman curhat atau hal-hal lain yang kita punya. Kita melakukannya tetapi semua orang menjadi tahu dengan sengaja tentang apa yang kamu lakukan . Salahkah? Mungkin ya, mungkin juga tidak, semua tergantung dari sudut pandang kita menilai. Namun, andaikan pepatah ini berlaku ' jika tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu' . Supaya tidak muncul pamrih didalamnya. Karena pada dasarnya ketika kita berjalan, tangan kanan dan tangan kiri tidak pernah bertemu, ketika tangan kanan kedepan maka yang kiri kebelakang. Kecuali mereka dipertemukan dengan sengaja.

Bagi saya demikianlah memberi. Ketulusan harus menjadi dasar dari kita memberi. Dan saya percaya bahwa saya sedang menabur ketulusan dan saya pasti menuai ketulusan pula, ya suatu hari nanti.

Jadi, tangan kanan memberi tangan kiri ?