Pages

Thursday, May 21, 2020

Versi lo, gue atau?


Sudah berapa lama sih lo #dirumahaja? Sebulan, dua bulan, nyaris tiga bulan?
Tiap orang punya waktu yang berbeda. Kesamaannya adalah sama-sama sedang berperang melawan penyebaran Covid-19, yang dinyatakan sebagai pandemic global. 




Gue bukan ahli, bukan seseorang yang tahu banyak perkembangan soal ini. Sesekali membaca berita dari berbagai media yang memberitakan perkembangan virus ini, termasuk peraturan dan kebijakan pemerintah, salah satunya tentang PSBB. 

Udah tahu dong PSBB itu apa? Harus ngapain aja? Sebuah istilah yang kemudian diikuti dengan istilah ‘New Normal’. Iya kita sama-sama tahu semua itu nggak mudah untuk direalisasikan. Bahkan untuk beraktivitas seharian dirumah dalam kurun waktu yang panjang, sangatlah sulit. 

‘Ah, nggak juga’ ada yang berkata demikian
‘Gilakk, bosen banget. Stress kalau harus di rumah terus!’
‘Kangen! Kangen keluarga, kangen teman-teman, kangen ngobrol sama banyak orang.’
‘Ada kerabat yang di-PHK.’
‘Gaji dipotong 50 %.’
‘Takut juga ya, kalau lagi berpapasan sama orang lain ternyata dia OTG (Orang Tanpa Gejala) dan kita kena imbasnya.’

Sebagian besar orang berada pada titik kesulitannya masing-masing. Setiap orang punya caranya untuk tetap bertahan pada kondisi sulit yang entah kapan akan berakhir. Hari-hari ini kebanyakan orang minta DIMENGERTI. Banyak peraturan pemerintah yang dibuat, diresmikan, dengan harapan rakyatnya bisa mematuhi serta bekerjasama untuk memutus mata rantai berkuasanya virus ini.

Apakah berhasil?
Apakah berguna?
Apakah memang dijalankan?

Dari pemahaman gue, perlu ada dua pihak yang harus menjalankannya, pemerintah dan rakyat. Keberhasilannya tidak bisa hanya dijalankan oleh satu pihak. 

Ada orang yang berkata seperti ini ‘Gue dari Jakarta mau coba balik ke kampung halaman. Plat nomor kendaraan gue daerah sana kok (Bandung, katakanlah). Ya kalau dirazia oleh petugas, gue bisa bela diri. Identitas, nomor kendaraan dan bahkan punya surat tugas yang dibawa padahal bukan untuk tugas!’

Ya kalau nggak dirazia juga, nggak seharusnya lo melakukan itu. 
Petugas mungkin bisa lo kelabui, tapi hati nurani? Ups, memang masih punya hati? Hmm..

Wajarkah? Mungkin wajar.
Maklumkah? Mungkin dimaklumi
Tapi apakah pantas?
Dimana hati nurani?

Lalu, cibiran dan menyalahkan kebijakan pemerintah tak kunjung berhenti.

Pantaskah melakukannya? Dimana lo, adalah bagian dari pelanggar kebijakan?

Disaat yang sama, banyak orang yang bertahan menahan rindu, mengatasi rasa sedih juga bosan disaat yang bersamaan. Bahkan memutar isi kepala sambil menghitung waktu yang terasa berjalan melambat hari-hari ini. ‘What can I do?’

Coba pikirkan, jika yang punya pola pikir kayak tadi ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang? Apa virus ini bisa diputus? Apa virus ini bisa dihentikan? 

GUE RASA NGGAK!

Belum lagi, akhir-akhir ini berbondong-bondong pergi bukan ke pasar swalayan, apotek atau tempat makan. Banyak orang pergi hanya untuk membeli baju baru dan kelakuan mereka masih saja ingin dibenarkan. 

KALIAN JAHAT!


source @nkcthi

Di tempat lain, banyak petugas medis dan timnya berjuang membantu merawat pasien terinfeksi, mengesampingkan kesehatan bahkan keselamatan mereka? Di tempat lain, banyak orang yang mencari cara untuk dapat sesuap nasi, bertahan sendirian dan mencoba menuruti yang pemerintah anjurkan, seminimal mungkin efek sampingnya. Dia tidak pergi kemana-mana.

Pada awalnya, gue hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga. Supaya mereka aman, gue juga aman akhirnya memilih stay di Ibu kota walaupun berat. Tanpa pertemuan, tanpa pelukan hanya tatap muka virtual. Tapi kepedulian itu berkembang, tidak hanya untuk gue dan keluarga, tapi juga oranglain yang mungkin nggak gue kenal sama sekali. Nggak pernah terpikirkan, kalau gue tetap egois untuk pulang kampung/mudik/whatever the name, orang lain akan dirundung ketakutan, keresahan, imun drop dan akhirnya penyakit datang karena kehadiran gue. Mungkin gue lebay, anggap saja demikian. Dilubuk hati terdalam gue nggak mau jadi penyebab keresahan atau bahkan pemanjang  mata rantai penyebaran virus ini. Bagi gue nyawa seseorang terlalu berharga. 

Untuk yang memilih menjadi EGOIS, semoga lo bahagia! Ah, tidak perlu meminta maaf atas apapun. Karena akan selalu ada pembenaran di dalamnya dan lo nggak bisa memutar waktu.

Dan terima kasih, untuk kalian yang masih bertahan menahan rindu. Kalian nggak sendirian, ada gue. Mengisi hari-hari dengan kerinduan yang entah sampai kapan harus dibendung.

Terima kasih untuk pemerintah yang sudah mengusahakan berbagai kebijakan demi kebaikan. Nggak mudah, terlalu berat, harus memastikan bangsa ini tetap hidup dalam setiap aspeknya. Jangan takut, gue mau untuk menuruti sebaik mungkin.

Oo Lord God please heal our world, our nation. I know my God never sleep. You can fix this condition so soon. Amen