Pages

Thursday, October 31, 2013

Semangat Sang Engkong



Malam Pujian dan kesaksian (MPK, Red) disebuah gereja diJakarta setiap hari kamis jam 18.30 malam. Aku dan seorang teman hampir tiap kamis ikut dalam acara tersebut. Jarak antara kantor dan gereja yang terletak di sebuah mall diJakarta ini tidak terlalu jauh namun, serasa tak cukup waktu untuk bias dating tepat waktu. Saat itu hari kamis bertepatan dengan acara MPK, kebetulan aku datang kira-kira jam 18.00 dan menunggu di pintu masuk mall karena menunggu temanku datang. Kulihat seorang kakek (Engkong, Red) kira-kira berusia 75 tahunan mungkin juga lebih memakai celana panjang, kemeja kotak-kotak, tas selempang hitam dan sebuah payung tongkat. Dia berjalan masuk dan tampak mencari sesuatu. Ternyata saat kuperhatikan, engkong tsb mencari orang bagian informasi. Hilanglah sekita sang engkong dari pandanganku.

Temanku telah datang. Kami berdua langsung menuju ruang acara. Dapatlah kami tempat duduk yang cukup depan, tanpa kusadari tepat disebelah kananku ternyata si engkong tadi duduk. “mungkin dia meminta untuk diantar ke ruang ibadah kepada bagian informasi tadi” pikirku. Acarapun dimulai. Pujian dan penyembahan dinaikkan. Ketika Pujian dinaikan, ia berusaha sekuat tenaga untuk beridiri dan bertepuk tangan berusaha member yang terbaik dari apa yang bias dia berikan. Suaranya yang cukup nyaring menandakan begitu semangatnya dia. Tak peduli bagaimana dikanan, dikiri, sang pemimpin pujian, dan para singer menyanyi. Menari, penuh ekspresi, meluapkan segala sukacita dan kebenaran dalam lagu itu “s’bab Tuhan baik…”

Acara terus berlanjut, kesaksian dibagikan demikianpun dengan Firman Tuhan. Engkong tetap stay tune ditempatnya dengan focus, tak terlihat dia mengantuk sampai acara selesai.

Kamis demi kamis aku selalu melihat engkong sudah duduk disalah satu bangku deretan depan gereja, tanda ia sudah siap untuk berbakti pada Tuhan. Semangatnya yang tak pernah berubah dari acara lepas acara, berdiri dengan kakinya yang sudah renta, mencoba melompat, walau hanya goyangan yang ia tampilkan. Seolah tanpa berfikir apakah orang-orang yang hadir melakukan hal yang sama semangatnya dengan dia. Yang dia tahu adalah dia sedang menyenangkan Tuhannya.  Usianya yang sudah lanjut tidak memudarkan semangatnya untuk memberi yang terbaik. Saat aku mendengar nyanyian syukur lepas dari mulutnya terasa menggetarkan hati, terasa begitu tulus sampai Tuhan mengingatkan kembali padaku, tak perlu melihat atau menilai apakah yang orang-orang lakukan dikanan dikirimu didepan atau belakangmu, pemimpin pujian atau siapapun, bagaimana mereka melakukannya,. Semua hanya tentang kamu dan Tuhan.

#superlatepost #12nov2011