Pages

Sunday, August 26, 2018

Jeju is Quite Island. Serius?


“Musim apa sih yang jadi favorit lo kalau pergi liburan?”
Setelah mencoba liburan dengan beberapa musim berbeda, pilihan gue sampai sejauh ini jatuh pada musim panas. Kenapa? Pada dasarnya gue nggak terlalu tahan dengan suhu dingin, AC kamar gue aja bisa sampai 25-27 °C dan masih selimutan. Well, kebayang kalau gue ke Eropa atau Amerika saat musim dingin, mungkin gue bisa membeku atau jadi Olaf. Alasan lain yang mengganggu adalah sinus gue suka kambuh kalau kedinginan disertai bersin-bersin yang bikin lelah.


Ribuan langkah menapaki Pulau Jeju
Pada tanggal 20-24 April 2018, gue liburan ke Pulau Jeju. Kenapa pulau Jeju? Sederhana sih, karena iseng. “Ciyeee isengnya aja beli tiket pesawat, kalau nggak iseng beli apa dong? Beli cendol hahaha” Penerbangan kali ini bisa dibilang cukup panjang. Ohya, gue menggunakan maskapai Air Asia, guys. Dimulai dengan penerbangan dari Jakarta ke Malaysia selama 2 jam dan transit selama 7 jam. Belum selesai sampai di situ aja, keesokkan harinya pada pukul 6 pagi waktu setempat, gue terbang lagi selama 5 jam menuju bandara internasional Jeju. Jadi, total perjalanannya sekitar 14 jam. Wow lama ya? Ya, mau berekspektasi apa sih dengan tiket super miring. Yakan? Sekedar informasi, wisata ke Jeju itu bebas visa asal tidak melalui bandara Incheon. Dari informasi yang gue dapatkan, bulan april itu musim semi yang berarti gue akan menikmati bunga bermekaran!


Siap menapaki Pulau Jeju


                Hari pertama, gue hanya berbelanja di new dan old Jeju, Monstant café milik salah satu anggota boyband Bigbang, G-Dragon. Sayangnya, waktu gue ke sana GD lagi nggak ada. Kalaupun dia ada kemungkinan gue nggak bisa masuk. Saingannya berat coy, fans yang sudah pasti berdiri di garis depan siap menghalau gue. Kopi beraroma cinnamon dan kue coklat-nya biasa aja, nothing special. Paling nggak gue pernah ke café artis Korea hahaha *penting. Malam harinya gue nyari makan malam + jajan ke pasar Dongmun Market. 

Berhubung supir taxi di sana kebanyakan orang tua yang nggak bisa bahasa inggris, jadi gue minta ke receptionist untuk menulis alamat pasar dalam bahasa Korea. Untuk tarif taxi sekali jalan itu 5000 won (1 won = 13.4 idr) Satu hal yang istimewa buat gue kala itu adalah saat membayar. Kebiasaan di Jakarta waktu membayar tuh selalu dilebihin (karena kalau nggak si supir suka ngomel atau ngata-ngatain) Siapa yang punya pengalaman sama? Dan refleks gue melakukan hal yang sama. Surprisingly, duit gue dikembalikan lagi dan pembayaran hanya sebatas jumlah argo. Buat gue sih juara ya. Mungkin nih ya mungkin aja lho, mereka memang diajarkan seperti itu. Mental mereka dibangun menjadi demikian sejak dini. Ahh andaikan di negara gue juga begitu *hope*. Setelah perut kenyang dan hatipun senang, gue balik ke Yeha guest house untuk beristirahat. Lagian jalanan udah mulai sepi. (Harga guest house : +/- 37.000 won/3 malam) Gue dan temen gue milih kamar dormitori khusus cewek dengan jumlah 6 orang. Kalau lo nggak terbiasa sharing kamar dengan orang asing, tenang guest house ini punya banyak tipe kamar kok. langsung cek aja di websitenya di sini 


Yeha Guest House (source google)

Dapur + ruang makan + ruang nongkrong (source google)

Dormitory female for 6 (source google)
Eh btw, lo balik ke penginapan cepet banget. Memang sudah jam berapa?

Sebelum gue jawab pertanyaannya. Gue lanjut dulu ke hari kedua. Agak berbeda dengan hari sebelumnya, hari kedua ini gue akan mengunjungi beberapa daerah yang agak jauhan. Seperti diketahui sebelumnya, Jeju itu pulau yang nggak terlalu besar dimana alat transportasi umum hanya bus dan taxi. Jadi, sejak awal gue dan temen gue memutuskan untuk sewa mobil selama 2 hari (Harga: 150.000 won)

Tempat pertama, Seongeup Folk Village dengan waktu tempuh sekitar 60 menit sampailah kami di desa tersebut. Desa ini merupakan desa asli yang berisi sejumlah rumah tradisional Jeju. Hujan mengguyur saudara-saudara! Gue berkeliling sambil dijelaskan sejarah dari tempat ini oleh tour guide sambil payungan. Oh iya guys, tour guide-nya gratis. So, enjoy the village tanpa rasa takut harus bayar hahahaha.


Salah satu penampakan rumah asli Jeju

Patung khas Pulau Jeju, Hareubang

Perjalanan dilanjutkan ke Seopjikoji dan Seongsan Ilchulbong. Untuk melihat keindahan kedua tempat ini, gue harus trekking. Hujan rintik masih menemani pendakian menuju Seopjikoji selama 20 menit, sedangkan ke Seongsan Ilchulbong ditempuh selama 40 menit. Karena hujan terus melanda, gue nyatakan kalau gue salah kostum! Apakah gue menyerah? Tentu tidak! Sayang coy udah bayar. Emang nggak takut sakit karena kehujanan? Puji Tuhannya, gue nggak bersin-bersin dan sinus guepun nggak kambuh. Bisa jadi karena udaranya bersih. Tebar senyum tiada henti.

Walau salah kostum yang penting gaya :p

“Memang Jeju indah? You just go and see how beautiful Jeju is.”

A way to Seopjikoji


Seongsan Ichulbong

 “Travel is the only things you buy make you richer” - Anonymous

Perkiraan cuaca memang mengatakan bahwa Jeju akan diguyur hujan dengan intensitas sedang. Tapi nggak sangka bakalan awet seharian dan dinginnya luar biasa. Karena pakai celana pendek, bagian kaki merasa paling kedinginan. Mungkin ada pertanyaan kayak gini:

“Foto-fotonya gimana dong? Sesekali keluarin kamera, lepas jas hujan saat gerimis, cekrek, dan diakhiri memakai jas hujan sepanjang perjalanan, lalu cekrek. Hasilnya? Lucu.


My costume

“Bete? Nyaris! Hanya saja perjalanan gue masih panjang, kalau gue bete nggak mengubah apapun, bener atau bener banget?

Gue nggak sendirian gaes. Tuh pada pake jas hujan

Dan surprisingly, dua hari kedepan Jeju masih diguyur hujan. Jadi, udah bisa ditebak dong kostum liburan gue kali ini kayak apa. Rain coat.

“Sempat terpikir nggak mau nyerah aja? Sempet banget! Cuma nggak jadi karena malu. Banyak ibu dan bapak yang udah tua jalan terus sampai puncak.“

“Hey anak muda, mana semangatmu!”

Mungkin kira-kira begitu kalau mereka bisa teriak pakai bahasa Indonesia. Selain hujan, ternyata musim semi tahun ini berlalu lebih cepat, jadi gue nggak kebagian sama sekali. Sejak awal april, bunga-bunga sudah ikut terbang bersama angin.


Salah satu bunganya, banyak yah? Hmm

Pose gue waktu motret bunga tadi, so?

So, gambar di sosial media tidak seindah aslinya gaes. Jangan langsung percaya kalau lo nggak mengalaminya sendiri haha.

Travel teach me a lot how to know my self. Akhirnya gue bisa mengelola rasa untuk nggak bete, malah menikmati setiap momen yang tercipta diluar rencana. Pada akhirnya, gue bisa menikmati ‘musim dingin’ yang gue hindari. Ditambah lagi gue sangat menikmati keindahan alam dengan mata ini tanpa distraksi gadget yang terekam dalam memori. Ciyeeeee.

Gue kembali ke penginapan kurang dari jam 8 malam. Cepat benar? Udah sepi oy, toko-toko juga udah pada tutup termasuk delivery makanan maksimal jam 8 malam. Kalau kata supir yang mengantar kita “Jam 8 malam itu waktunya nonton drama, jadi sudah harus di rumah”
Pulau ini cocok buat lo yang mau honeymoon atau merenung. Soalnya jauh dari riuh rantah dan hiruk pikuk. Jadi, lo bebas deh ngapa-ngapain. Melakukan kegiatan di dalam rumah maksudnya, jangan mikir aneh-aneh deh :p

Dihari ketiga, gue menggunakan jasa tur, Yeha Tour. Karena gue menginap di Yeha guest house, jadi gue dapat potongan harga untuk turnya. Harga one day tour adalah 75.000 won setelah diskon. Kalau harga normal sih +/- 99.000 won (lupa detailnya). Masih sama dengan hari sebelumnya, perjalanan ke setiap tempatnya masih ditemani dengan guyuran hujan. 

Salah satu keuntungan ikut tur adalah tinggal duduk tenang dan mengikuti arahan, nggak perlu pusing mikir ini itu. Sedangkan hal yang kurang enak adalah nggak bisa terlalu lama mengexplore sebuah tempat.


Our tour guide, leading us to explore Halim Park

Salah satu goa di Halim Park



View Suweolbong Trekking

Suweolbong Trekking

O’Sulloc Green Tea Field

 Lokasi depan Teddy Bear Museum


Katalog Teddy Bear Museum

Big Teddy and friends

Dihari terakhir sebelum berangkat ke Bandara, gue nyobain Jjimjilbang. Bagi penggemar drama Korea pasti tahu tempat ini. Yap, sauna. Walaupun gue datang di pagi hari, ternyata tempat ini udah lumayan rame. Dipenuhi oleh para ahjuma (ibu-ibu) dan ahjusi (bapak-bapak), kalau anak mudanya sih sedikit. Ngapain sih di sana? Sauna, duduk-duduk, pijet, bisa juga mandi-mandi. Rencana awal sih gue pengen mandi gitu, tempatnya lucu ada semburan air. Tapi waktu masuk ke area tersebut ternyata pada telanjang bulat, ya gue kok ngeri sendiri ya. Eitss jangan pada ngebayangin ya, hayo hayo hayo. Jadi gue mandi di penginapan aja.

Setelah puas, gue kembali ke penginapan dan bersiap-siap menuju bandara. Dengan kata lain liburan kali ini selesai.

Unexpected things happened, schedule didn’t go as planned, but i choose to enjoy the journey instead of the condition”

It’s mean: Bagasi gue over? Dan gue harus bayar seharga tiket pergi ke sini? Oh my……………………… ditambah kamera gue harus di opname. hiks



Jangan lupa bahagia, kawans!
Cheers