Sudah berapa
lama sih lo #dirumahaja? Sebulan, dua bulan, nyaris tiga bulan?
Tiap orang punya
waktu yang berbeda. Kesamaannya adalah sama-sama sedang berperang melawan
penyebaran Covid-19, yang dinyatakan sebagai pandemic global.
Gue bukan ahli,
bukan seseorang yang tahu banyak perkembangan soal ini. Sesekali membaca berita
dari berbagai media yang memberitakan perkembangan virus ini, termasuk
peraturan dan kebijakan pemerintah, salah satunya tentang PSBB.
Udah tahu dong
PSBB itu apa? Harus ngapain aja? Sebuah istilah yang kemudian diikuti
dengan istilah ‘New Normal’. Iya kita
sama-sama tahu semua itu nggak mudah untuk direalisasikan. Bahkan untuk beraktivitas
seharian dirumah dalam kurun waktu yang panjang, sangatlah sulit.
‘Ah, nggak juga’ ada yang berkata demikian
‘Gilakk, bosen
banget. Stress kalau harus di rumah terus!’
‘Kangen! Kangen
keluarga, kangen teman-teman, kangen ngobrol sama banyak orang.’
‘Ada kerabat
yang di-PHK.’
‘Gaji dipotong
50 %.’
‘Takut juga ya, kalau
lagi berpapasan sama orang lain ternyata dia OTG (Orang Tanpa Gejala) dan
kita kena imbasnya.’
Sebagian besar
orang berada pada titik kesulitannya masing-masing. Setiap orang punya caranya
untuk tetap bertahan pada kondisi sulit yang entah kapan akan berakhir. Hari-hari
ini kebanyakan orang minta DIMENGERTI. Banyak peraturan pemerintah yang dibuat,
diresmikan, dengan harapan rakyatnya bisa mematuhi serta bekerjasama untuk memutus
mata rantai berkuasanya virus ini.
Apakah berhasil?
Apakah berguna?
Apakah memang
dijalankan?
Dari pemahaman gue,
perlu ada dua pihak yang harus menjalankannya, pemerintah dan rakyat. Keberhasilannya
tidak bisa hanya dijalankan oleh satu pihak.
Ada orang yang
berkata seperti ini ‘Gue dari Jakarta mau
coba balik ke kampung halaman. Plat nomor kendaraan gue daerah sana kok (Bandung,
katakanlah). Ya kalau dirazia oleh petugas, gue bisa bela diri. Identitas,
nomor kendaraan dan bahkan punya surat tugas yang dibawa padahal bukan untuk tugas!’
Ya kalau nggak dirazia juga, nggak seharusnya lo melakukan itu.
Petugas mungkin bisa lo kelabui, tapi hati nurani? Ups, memang masih punya hati? Hmm..
Ya kalau nggak dirazia juga, nggak seharusnya lo melakukan itu.
Petugas mungkin bisa lo kelabui, tapi hati nurani? Ups, memang masih punya hati? Hmm..
Wajarkah? Mungkin
wajar.
Maklumkah? Mungkin
dimaklumi
Tapi apakah
pantas?
Dimana hati
nurani?
Lalu, cibiran
dan menyalahkan kebijakan pemerintah tak kunjung berhenti.
Pantaskah
melakukannya? Dimana lo, adalah bagian dari pelanggar kebijakan?
Disaat yang
sama, banyak orang yang bertahan menahan rindu, mengatasi rasa sedih juga bosan
disaat yang bersamaan. Bahkan memutar isi kepala sambil menghitung waktu yang
terasa berjalan melambat hari-hari ini. ‘What
can I do?’
Coba pikirkan, jika
yang punya pola pikir kayak tadi ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang? Apa
virus ini bisa diputus? Apa virus ini bisa dihentikan?
GUE RASA NGGAK!
Belum lagi,
akhir-akhir ini berbondong-bondong pergi bukan ke pasar swalayan, apotek atau
tempat makan. Banyak orang pergi hanya untuk membeli baju baru dan kelakuan
mereka masih saja ingin dibenarkan.
KALIAN JAHAT!
source @nkcthi
Di tempat lain,
banyak petugas medis dan timnya berjuang membantu merawat pasien terinfeksi,
mengesampingkan kesehatan bahkan keselamatan mereka? Di tempat lain, banyak
orang yang mencari cara untuk dapat sesuap nasi, bertahan sendirian dan mencoba
menuruti yang pemerintah anjurkan, seminimal mungkin efek sampingnya. Dia tidak
pergi kemana-mana.
Pada awalnya,
gue hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga. Supaya mereka aman, gue juga
aman akhirnya memilih stay di Ibu
kota walaupun berat. Tanpa pertemuan, tanpa pelukan hanya tatap muka virtual. Tapi
kepedulian itu berkembang, tidak hanya untuk gue dan keluarga, tapi juga
oranglain yang mungkin nggak gue kenal sama sekali. Nggak pernah terpikirkan, kalau
gue tetap egois untuk pulang kampung/mudik/whatever
the name, orang lain akan dirundung ketakutan, keresahan, imun drop dan akhirnya penyakit datang karena
kehadiran gue. Mungkin gue lebay, anggap saja demikian. Dilubuk hati terdalam
gue nggak mau jadi penyebab keresahan atau bahkan pemanjang mata rantai penyebaran virus ini. Bagi gue nyawa
seseorang terlalu berharga.
Untuk yang
memilih menjadi EGOIS, semoga lo bahagia! Ah, tidak perlu meminta maaf atas
apapun. Karena akan selalu ada pembenaran di dalamnya dan lo nggak bisa memutar
waktu.
Dan terima
kasih, untuk kalian yang masih bertahan menahan rindu. Kalian nggak sendirian,
ada gue. Mengisi hari-hari dengan kerinduan yang entah sampai kapan harus
dibendung.
Terima kasih
untuk pemerintah yang sudah mengusahakan berbagai kebijakan demi kebaikan.
Nggak mudah, terlalu berat, harus memastikan bangsa ini tetap hidup dalam
setiap aspeknya. Jangan takut, gue mau untuk menuruti sebaik mungkin.
Oo Lord God please heal our world, our
nation. I know my God never sleep. You can fix this condition so soon. Amen