Pages

Saturday, October 14, 2017

Balanced Eating



            Menjalani hidup sehat itu susah-susah gampang. Gimana nggak? Variasi makanan yang ditawarkan makin beragam. Mau makanan pedas, manis, gurih ala Asia, Amerika, atau Eropa, kamu tinggal pilih dan ngedapetinnya juga gampang plus bantuan teknologi. Serba online! Tapi sayangnya, segala kemudahan dan kenikmatannya belum tentu ‘baik’ untuk tubuh kamu. 


I love to eat (source google)


            Terhitung 2 oktober 2017 saya dan dua teman saya, mengikuti Balanced Eating yang di provide oleh @mayo.diseh (Instagram). Balanced Eating adalah sistem pengaturan pola makan dengan cara menyeimbangkan kebutuhan nutrisi dalam tubuh (Sumber Google). Kalau informasi dari catering yang saya pakai, menu makanan yang disajikan dikurangi garam dan no msg. Selama 10 hari (Senin-jumat), saya mengkonsumsi makanan racikancatering dengan komposisi 4 sehat yang rasanya mendekati kata anyep. Tapi di hari ketiga, bisa dikatakan kalau makanannya jauh lebih berasa. Mungkin karena saya mulai terbiasa dengan makanan berkadar garam sedikit dan tanpa micin. 

Week 1

Lunch


Dinner

Week 2

Lunch


Dinner

            Dalam balanced eating ini tidak ada pantangan makan apapun. Tapi, kok yah jadi sadar dan refleks aja mengatur asupan makanan. Sarapan dan cemilan pagi aja milihnya buah atau kue dan masih dengan secangkir kopi. Demi mendukung keseimbangan nutrisi dalam tubuh, saya melakukan beberapa latihan ringan seperti menuruni tangga dari lantai 10 sekalian pulang kantor, angkat barbel 2kg (2x30), sit up (1x50) dan plank +/- 60 detik. Kadang-kadang di tambah squat (1x25).

Berikut tabel dari KR, PY dan DY selama 10 hari mengikuti balanced eating:

KR
PY
DY
Before
After
Before
After
Before
After
48 kg
47.1 kg
86 kg
82.1 kg
63 kg
60.5 kg

Dari tabel diatas bisa dilihat, ada pergeseran dari segi berat badan. Tapi, kalau dilihat lagi ada perubahan yang significant, ada juga yang nggak. Kalau ditelusuri, perubahannya/efek terhadap tubuh bisa berbeda-beda. Bisa jadi perubahan pada berat badan, massa otot, lingkar tangan, pinggang atau bagian tubuh lain. But more than that, you feel healthier.

Mungkin ada yang tanya seperti ini “Yakin bisa bertahan?”
Jawabannya “who knows?” semua balik lagi ke komitmen, kecintaan, dan kecocokan pada tubuh masing-masing. Kenapa kecocokan? Karena tiap tubuh memberikan reaksi yang berbeda terhadap suatu perubahan. Contohnya:  Pada tahun 2014 saya pernah menjalani diet mayo. Kemungkinan saya mengalami body shock. Mengkonsumsi makanan tanpa garam selama 13 hari, nonstop. Alhasil memicu flu yang berujung sinus (mungkin didukung kondisi tubuh pada saat itu sedang tidak fit). So, yang terpenting adalah mengenali tubuh sendiri. Sebuah metode mungkin cocok untuk saya, bukan berarti cocok juga untuk kamu. Mencari tahu kemudian mencoba bisa jadi salah satu cara bijak demi meningkatkan kesehatan tubuh. Motivasinya : SEHAT, kurus hanyalah BONUS.






Pertanyaan lain mungkin seperti ini “Kenapa mengurangi garam?” Anggapan orang awam, garam itu salah satu faktor penggugah selera makan. Apalagi di kombinasikan dengan sambel. Nyammmm. Garam diperlukan oleh tubuh dalam kadar yang pas. Garam juga punya banyak sekali manfaat, salah satunya dengan mengurangi kadar garam dalam makanan bisa membantu proses menurunkan berat badan kamu. Dengan kata lain, lemak-lemak tubuh yang berlebih akan berkurang karena porsi makan juga berkurang.

                Sekitar dua minggu lalu, sebelum saya melakukan balanced eat saya bertemu beberapa teman. Mereka berkomentar seperti ini:
“Kok kamu makin kurus?”
“Lo kenapa sih makin kurus?”
Jawaban nyebelin dari saya “Ada yang salah?” 

                Fenomena yang sangat biasa bukan? Di bilang kegemukan, kurang kurus, terlalu kurus, pipi tembem dan sebagainya. Bagaimanapun keadaan kita, bisa dipastikan akan ada orang-orang yang menilainya sebagai kekurangan. Tapi selama kamu bahagia dan sehat dengan keadaanmu, senyumin aja shay and let’s do it more. It’s my body, not yours. Karena sehati itu dimulai dari diri kamu.


Jangan lupa bahagia, kawans!
Cheers