Pages

Sunday, November 12, 2023

Wisata Suku Baduy Part 2

            Udah pada baca Part 1-nya belum? Gimana kira-kira, berapa % keinginan lo masukin Baduy jadi salah satu tujuan healing? Kalo masih belum yakin, lanjut ceritanya yokkkk…..

Sedikit penjelasan sebelum ada pertanyaan lebih lanjut. Gue diajak temen bulan Agustus 2023, dengan jadwal keberangkatan 28-29 Oktober 2023 kemarin, jadi bisa dibilang wisata ini super fresh hahaha.

Selamat Datang di Ciboleger

1.      Malam keakraban

Malam keakraban, saat itu dibuka dengan pertanyaan dari gue yaitu

‘Ayah, bedanya Baduy Dalam dan Baduy Luar apa sih?’

Dengan cepat ayah menjawab perbedaannya, dari warna. Bukan warna kulit ya, tapi warna baju yang digunakan. Suku Baduy Dalam menggunakan baju warna putih dan ikat kepala warna putih (laki-laki), sedangkan Suku Baduy Luar memakai baju warna hitam dan ikat kepala biru tua (laki-laki). Katanya lagi, Suku Baduy Luar itu sudah seperti kita memakai pakaian semua warna, tapi secara umum warna hitam.

‘Kenapa di Baduy Dalam nggak ada listrik? Padahal di Baduy Luar sudah ada listrik? Apa pemerintah nggak pernah nawarin pemasangan listrik?’ kira-kira gitu pertanyaan yang tercetus.

Ahh iya, waktu malam keakraban, kita sambil gelap-gelapan. Hanya mengandalkan penerangan tradisional yang entah terbuat dari apa, yang pasti bukan lilin, tapi bukan obor juga. Soalnya kecil banget. Jadi, kita semua nggak liat-liatan. Sesekali menyorotkan senter yang kita bawa kearah yang nanya. Pengalaman unik. Mau coba?

Ditulisan sebelumnya pernah gue tulis prinsip dari Suku Baduy Dalam (Part 1) Nah, hal itulah yang jadi jawabannya. Dari zaman nenek moyang dulu, tanpa listrik, penerangan, bisa hidup sampai sekarang. Jadi, kata Ayah, kita melanjutkan apa yang sudah dilakukan dari dulu. Sama halnya, kalau sakit obat-obatan berasal dari alam. Racikan dan diolah sendiri. Sampai sejauh ini, nggak memerlukan ke dokter untuk pengobatan.

Selama perjalanan, memang banyak daun-daunan, tumbuhan yang digunakan untuk dijadikan obat. Gue sih nggak ngerti yang mana aja, tapi temen rombongan gue ada yang tau dan berceloteh setiap kali ngeliat daun-daunan tadi.

Lo ada yang suka makan rawon? Tau asalnya kuah item rawon darimana? Yap, kluwak. Dan di Baduy ini banyak banget pohon kluwak dan cangkangnya dijadikan gantungan kunci.

Jumlah Suku Baduy Dalam nggak terlalu banyak, +/- 750 orang, yang tersebar di 3 kampung dalam 1 desa yaitu desa Kanekes. Setiap kampung ini memiliki keahlian/pekerjaan berbeda. Kampung Cibeo yang gue kunjungi, pekerjaannya berladang/bertani. Mereka punya lumbung padi masing-masing dimana isi lumbung itu bisa bikin mereka bertahan hidup selama +/- 10 tahun loh. So rich!

Cantik yaaaa

‘Kalau cewek melahirkan dibantu sama siapa?’

Tau jawabannya nggak? Dibantu oleh suaminya sendiri, iya tanpa alat apapun. The real suami siaga! Setelah si bayik keluar, ada yang bantuin bersihkan bayiknya, mereka sebut paraji. Paraji ini cewek ya. Nah, setiap anak yang lahir, udah dijodohin loh. Nggak perlu susah cari pacar hahaha. Tapi si anak ini baru akan tau dijodohkan sama siapa setelah mendekati masa usia menikah. Untuk cowok 17-20 tahun, dan untuk cewek 15-17 tahun. Bisa dikatakan mereka menikah persepupuan, muka-mukanya mirip-mirip dan setipe. Suku Baduy Dalam tuh kebanyakan cowok, sedangkan cewek malah lebih langka disini.

‘Kalau mereka nolak dijodohkan boleh nggak sih?’ hmm.. menurut lo apa kira-kira jawabannya?

Lanjut dulu ke pertanyaan selanjutnya. Nah jawaban dari pertanyaan dibawah ini bisa bikin kalian ngilu, awwwwww

‘Terus cowok disunat gimana caranya? Kan nggak boleh kena jarum suntik?’

Anak cowok disana disunat. Jam 4 subuh dibawa ke Sungai dan direndam selama 1 jam, kira-kira sampai jam 5 subuh sebelum matahari terbit. Rendam = bius untuk alat kelamin laki-laki yang akan disunat. Lalu mereka dibawa ke Bale, untuk disunat menggunakan pisau. Sempet ada yang nyeletuk, kirain pake bambu motongnya, wew.

Linu nggak sih bayanginnya? Jangan lama-lama deh mikirinnya, nanti meringis ;p.

Nah, kan lagi mau musim pemilihan umum nih. Jadi, suku Baduy nyoblos?

Jawabannya, ya nyoblos bagi suku Baduy Luar karena mereka memiliki KTP dan terdaftar sebagai penduduk. Sedangkan Suku Baduy Dalam tidak ikut dalam pemilihan apapun, mereka nggak punya kartu kependudukan. Tapi Ayah bilang, suku Baduy Dalam mendukung siapapun yang terpilih sebagai pemimpin.

Salah satu Ayah yang menemani perjalanan pulang

2.       Perjalanan Pulang

Pagi itu, kira-kira jam 9 pagi gue dan teman-teman sudah siap untuk perjalanan pulang. Di depan rumah Ayah Samanah kita berkumpul, dan berpamitan kepada Ayah dan Ambu. Layaknya anak pamit pulang sama orang tua. Perjalanan dimulai. Tour guide udah bilang berkali-kali kalau perjalanan pulang ini, akan lebih berat dari sebelumnya. Ah masa sih?!?

Ternyata bener aja, baru beberapa langkah, tanjakan yang nyaris 90 derajat menyambut kita semua. Ahh untung sarapan pagi ini banyak, carbo loading cukup. Gue berjalan ngikutin langkah beberapa teman yang berjalan di depan. Nafas mulai ngos-ngosan, rasanya uwow ulala hampir 20 menit semua tanjakan haru dilalui. Baru 20 menit guys, tapi nafas udah patah-patah. Gue inget banget, kita udah istirahat 2x loh dan masih tersisa kurang lebih 3-4 jam lagi.

Dalam rangka menghibur diri, gue nanya salah satu anak dari suku Baduy Dalam. ‘Masih banyak tanjakannya?”

Tanjakan Baduy Luar,, bayangin 90 derajat-nya di Baduy Dalam

Dia jawab ‘Nteu, sakeudik deui.’ Yang artinya nggak, sedikit lagi. Sedikit versi mereka dengan sedikit versi gue si orang kota ini, beda total hahaha. Berusaha sedikit demi sedikit. Buat gue kemarau kali ini cukup mendukung trekking yang rutenya tanjakan 70%, turunan 20% dan mendatar 10% ini. Kenapa? Soalnya jadi nggak licin. Walaupun turunan bikin kaki bergetar karena arena turunnya nggak 90 derajat. Bisa bikin lo nge-glosor kalo mata meleng dikit ato kaki nggak ajeg. Thanks to Tracking pol yang gue sewa seharga 20K yang jadi pegangan gue selama perjalanan. Selain pegangan sama Tuhan dalam hati, sambal bilang ‘Ayo Tin, lo pasti bisa sampai finish!’

Sesekali gue tungguin temen-temen yang masih dibelakang, tarik nafas berhenti sebentar lalu jalan lagi sambil nyemangatin diri sendiri dan temen-temen. ‘Yok bisa yok!’

Wefie dululah walalpun lelah

Sekitar 2 jam kita melalui tanjakan dan turunan yang ternyata bikin kaki gue lecet dibeberapa tempat. Tapi seriusan nggak berasa sakit selama perjalanan. Oia, gue pakai sendal gunung yang cukup proper untuk dipakai trekking, tapi batu-batuan yang masuk lewat selal-sela sendal yang bikin lecet.  

Tibalah diperbatasan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar, gue langsung buka hp liat penampakan muka gue yang udah dihajar tanjakan dan turunan yang bikin nafas jadi senin kamis a.k.a ngos-ngosan. Bukan hanya gue, temen-temen langsung pada bikin video atau sekedar mengabadikan suasana atau bentukan mereka masing-masing.

Suasana diperbatasan

‘Kira-kira di depan sana masih ada tanjakan nggak yah?’

Danau, yang digadang-gadang bisa jadi tempat istirahat beberapa saat. Tapi, katanya masih sekitar 1 jam-an lagi dari perbatasan. Oke lets go……

tempat istirahat disekitar Danau

Yap, tebakan lo tepat. Tanjakan dan turunan masih harus dilalui sampai di danau. Nggak hanya itu, setelah danau-pun masih harus nanjak melalui rumah Suku Baduy luar. Dimana tanjakan itu terbuat dari batu-batuan yang tersusun rapih, dan tetap bikin lelah tapi tetep happy kok.

Danau 

Muka-muka happy grup 5 pose di danau

Tanjakan disekitar rumah suku Baduy Luar

Garis finish perjalanan ini, adalah terminal Ciboleger. Ya, berbeda dari terminal kedatangan hari sebelumnya. Terminal ini rame banget. Ada pasar yang jual oleh-oleh khas Baduy, warung kebutuhan sehari-hari, ada yang jual cilor juga hahaha. Dan yang pasti banyak warteg dan warmindo yang siap gue datangin. Perjalanan ini kita temput selama 4 jam lebih (nggak inget lebihannya berapa hahaha).

Suasana Terminal dan Pasar Ciboleger. Oia, Duren disini katany enak dan manis!

Makan, istirahat dan berpamitan sekali lagi dengan Ayah Samanah dan beberapa suku Baduy Dalam yang ikut mengantarkan kita ke terminal ini.

Perjalanan yang seru, lelah pasti tapi nggak bikin kapok kok hahaha. One day pengen lagi kesini. Tapi emang kudu fit, atau sering gerak olahraga jadi salah satu tips jitu bisa finish happy. Temen-temen gue bilang, ‘kok lo keliatan nggak ada capeknya. Fit banget.’  

Banyak poster-poster berseliweran di terminal ini.

‘hmm, siapa aja pejabat pemerintahan yang pernah ke Baduy?’

‘Suku Baduy haram makan daging kambing?’ loh ?!?

‘Suku Baduy itu adalah aliran kepercayaan. Jadi nggak lebaran dong?’

Penasaran sama jawabannya?

Gue sih tau jawabannya ya, semua pertanyaan itu terlontar pada saat malam keakraban. Ah tapi masa gue jelasin semua.

Gimana kalau wisata ke Suku Baduy aja yuk.………………………….

Ada yang tanya 'Lo kurang kerjaan banget wisaya ke Suku Baduy?'

Kalo kerja ya dikantor dong, ini tuh wisata a.k.a jalan-jalan seru versi gue. Kalau kata temen gue, 'Gue tuh beli pengalaman dan harganya mahal :) dan bukan bicara nominal, guys.'

Bercerita 'ini loh pengalaman gue. Gue pernah kesana kesini, liat ini itu, rasain ini dan itu dan bukan kata mereka disini tuh begini begitu. I feel rich!'

Tour IG   : @wisatasukubaduy

Price        : 255K/person (Harga paket untuk Oktober 2023)

Sewa Tracking pol: 20K

 

 

Cheers,

Jangan lupa Bahagia, kawans!